Di awal masa kepemimpinannya, Presiden Prabowo segera menekankan pentingnya isu keamanan siber. Melalui Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria pada Senin (21/10), Prabowo memberikan instruksi kepada setiap lembaga negara untuk memiliki Computer Security Incident Response Team atau CSIRT.
CSIRT adalah tim tanggap insiden yang mengoordinasikan upaya melindungi dan merespons ancaman siber. Mulai dari threat hunting hingga incident handling, CSIRT memainkan peran kunci dalam menjaga kelangsungan layanan digital lembaga-lembaga pemerintahan.
Berdasarkan data Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), tahun 2023 mencatat sekitar 403 juta anomali, termasuk 347 dugaan insiden siber serius dengan kebocoran data sebagai insiden terbanyak. Insiden besar seperti kebocoran data di beberapa instansi pemerintah semakin menekankan kebutuhan mendesak ini.
Pemerintah sebelumnya telah menetapkan target membentuk 131 CSIRT dalam Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang RPJMN 2020-2024 sebagai proyek strategis nasional dengan skala prioritas tinggi. Langkah Presiden untuk mempercepat pembentukan CSIRT di setiap lembaga negara adalah strategi penting dalam mengurangi risiko siber dan meningkatkan kesiapan Indonesia di era digital.
Dengan latar belakang militer, Presiden Prabowo memahami bahwa pertahanan terbaik adalah kombinasi dari pencegahan dan kesiapan pemulihan pasca-insiden. Inilah yang menjadi dasar dari pembentukan CSIRT di seluruh instansi negara.
Datacomm Mendukung Pembentukan CSIRT
Sebagai perusahaan teknologi informasi dengan pengalaman lebih dari 30 tahun, PT Datacomm Diangraha berkomitmen mendukung pemerintah dalam memperkuat ketahanan siber nasional. Melalui layanan keamanan siber DTrust, Datacomm menawarkan solusi lengkap untuk membantu lembaga pemerintah membangun CSIRT yang efektif dan tangguh.
Datacomm memberikan dukungan mulai dari penyusunan struktur organisasi, pemilihan personel, hingga implementasi teknologi dan prosedur keamanan siber. Datacomm telah bekerja sama dengan berbagai sektor, termasuk operator telekomunikasi terbesar dan institusi vital negara dalam membangun CSIRT yang handal.
Layanan yang ditawarkan oleh DTrust tidak hanya berhenti pada konsultasi, tetapi juga mencakup pelatihan personel, pengembangan prosedur deteksi dini, hingga pemulihan insiden yang komprehensif. Dengan prinsip “People, Process, and Technology”, Datacomm fokus pada pendekatan yang menyeluruh untuk menciptakan CSIRT yang siap menghadapi berbagai jenis ancaman siber.
“Keamanan siber bukan sekadar soal teknologi canggih, tetapi juga mencakup kesiapan tim seperti Computer Security Incident Response Team (CSIRT) dan prosedur yang mampu merespons insiden dengan cepat. Ketahanan siber (cyber resilience) menjadi kunci untuk meminimalkan dampak gangguan akibat serangan siber, memastikan operasional dapat segera dipulihkan melalui koordinasi efektif tim tanggap insiden,” ujar Muhammad Haikal, SOC Operation Manager PT Datacomm Diangraha.
Melalui pengalaman mendalam dalam membangun infrastruktur CSIRT, Datacomm memastikan setiap lembaga pemerintah memiliki kemampuan teknis dan prosedural yang diperlukan untuk mengantisipasi dan merespons ancaman siber secara efektif. Dukungan ini juga mencakup analisis ancaman terbaru dan rekomendasi teknologi yang sesuai dengan kebutuhan spesifik organisasi, menjadikan DTrust sebagai solusi unggul untuk ketahanan siber nasional.
Bersama Datacomm, Wujudkan CSIRT yang Tangguh
Datacomm hadir sebagai mitra strategis yang siap membantu lembaga-lembaga pemerintahan dan organisasi penting lainnya membentuk tim CSIRT dengan standar terbaik. Dengan dukungan tenaga ahli yang berpengalaman dan inovasi teknologi terbaru dalam keamanan siber, Datacomm menjamin setiap lembaga negara memiliki kesiapan optimal untuk menghadapi tantangan dunia siber.
Untuk informasi lebih lanjut tentang persiapan dan pembentukan CSIRT, atau jika tertarik melakukan risk assessment, kunjungi situs resmi Datacomm atau hubungi tim kami untuk berdiskusi lebih lanjut.